Sidebar Menu

Dalam era globalisasi saat ini, penting bagi peneliti untuk memastikan bahwa hasil percobaan mereka relevan dan dapat diaplikasikan di berbagai konteks geografis dan temporal. Dengan menggunakan SmartstatXL, analisis data untuk percobaan faktorial yang berbasis RAL, RAK, maupun RBSL di berbagai lokasi, musim, atau tahun menjadi semakin mudah dan efisien. Meski lebih difokuskan pada rancangan seimbang (Balanced Design), alat ini tetap menawarkan ketepatan dan keandalan dalam menganalisis data.

Salah satu kelebihan utama dari SmartstatXL adalah kemampuannya untuk dengan cepat mengidentifikasi apakah ada pengaruh perlakuan yang signifikan terhadap variabel yang diamati. Jika ditemukan adanya pengaruh yang signifikan, peneliti dapat dengan mudah membandingkan nilai rata-rata perlakuan menggunakan berbagai uji lanjutan (Post Hoc) yang tersedia. Pilihan uji lanjutan di SmartstatXL meliputi: Tukey, Duncan, LSD, Bonferroni, Sidak, Scheffe, REGWQ, Scott-Knott, dan Dunnet. Dengan demikian, peneliti dapat memastikan bahwa kesimpulan yang diambil berdasarkan data mereka didukung oleh analisis statistik yang kuat.

Contoh Kasus

Tabel berikut memperlihatkan data Hasil Gabah (ton/ha) dari dua varietas padi, yang diuji dengan enam kadar nitrogen di tiga lokasi berbeda. Meskipun rancangan asli eksperimen ini menggunakan metode RAK Split-Plot, data ini akan dianalisis sebagai contoh kasus menggunakan model RAK Faktorial dalam Aplikasi SmartstatXL. Harap dicatat bahwa langkah ini diambil hanya untuk keperluan ilustrasi, mengingat tidak menemukan contoh data nyata untuk RAK Faktorial yang diulang di beberapa lokasi. Ada tiga ulangan untuk setiap kondisi dalam analisis ini.

     

Nitrogen

Lokasi

Varietas

Ulangan

N1

N2

N3

N4

N5

N6

L1

V1

1

1979

4572

5630

7153

7223

7239

   

2

1511

4340

6780

6504

7107

6829

   

3

3664

4132

4933

6326

6051

5874

 

V2

1

5301

5655

6339

8108

7530

7853

   

2

1883

5100

6622

8583

7097

7105

   

3

3571

5385

6332

7637

6667

7443

L2

V1

1

3617

6065

6092

5916

7191

5805

   

2

3580

5463

6571

6982

6109

6890

   

3

3939

5435

6084

7145

7967

7113

 

V2

1

3447

5905

5322

6513

8153

7290

   

2

3560

5969

5883

6556

7208

6564

   

3

3516

6026

6489

7853

6685

7401

L3

V1

1

4320

5862

5136

6336

5571

6765

   

2

4068

4626

5836

5456

5854

5263

   

3

3856

4913

4898

5663

5533

3910

 

V2

1

4891

6009

6712

6458

5683

6335

   

2

2577

6625

6693

6675

6868

6064

   

3

4541

5672

6799

6636

5692

5949

Dikutip dari:
Gomez, Kwanchai A. dan Gomez, Arturo A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. [penerj.] Endang Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah. Edisi Kedua. Jakarta : UI-Press, 1995. ISBN: 979-456-139-8. hal. 350.

Langkah-langkah Analisis Ragam (Anova) dan Uji Lanjut (Post Hoc):

  1. Pastikan lembar kerja (Sheet) yang ingin dianalisis sudah aktif.
  2. Letakkan kursor pada Dataset. (Untuk informasi mengenai pembuatan Dataset, silakan rujuk ke panduan 'Persiapan Data').
  3. Jika sel aktif (Active Cell) tidak berada pada dataset, SmartstatXL akan otomatis mendeteksi dan menentukan dataset yang sesuai.
  4. Aktifkan Tab SmartstatXL
  5. Klik Menu Faktorial > Multi Lokasi/Tahun/Musim.
    Menu Faktorial > Multi Lokasi/Tahun/Musim
  6. SmartstatXL akan menampilkan kotak dialog untuk memastikan apakah Dataset sudah benar atau belum (biasanya alamat sel untuk Dataset sudah otomatis dipilih dengan benar).
  7. Setelah memastikan Dataset sudah benar, tekan Tombol Selanjutnya
  8. Selanjutnya akan muncul Kotak Dialog Anova – RAK Faktorial (diulang pada beberapa lokasi) berikut:
    Kotak Dialog Anova – RAK Faktorial (diulang pada beberapa lokasi)
    Model Percobaan Faktorial yang dianalisis dengan memasukkan tambahan Faktor Musim/Lokasi/Tahun dan dianalisis secara bersamaan (kadang disebut dengan Mixed Design atau Split Plot in Time).
    Pada model Split Plot in Time, baik untuk model RAL maupun RAK, Faktor Ulangan harus dimasukkan ke dalam model!
    Bandingkan dengan Model Percobaan Faktorial yang dianalisis secara parsial pada masing-masing lokasi, seperti pada gambar berikut:
    Kotak Dialog Anova – RAK Faktorial
    Pada Model Percobaan Faktorial di atas, tidak terdapat Faktor Lokasi.
  9. Terdapat 3 Tahap. Tahap pertama, Pilih Faktor dan minimal satu Respons yang akan dianalisis (Seperti pada gambar di atas)!
  10. Ketika Anda memilih Faktor, SmartstatXL akan memberikan informasi tambahan mengenai jumlah level dan nama-nama level tersebut.
  11. Detail dari Kotak dialog Anova TAHAP 1 dapat dilihat pada gambar berikut:
    Kotak dialog Anova TAHAP 1
  12. Setelah memastikan Dataset sudah benar, tekan Tombol Selanjutnya untuk masuk ke Kotak Dialog Anova Tahap-2
  13. Kotak dialog untuk tahap kedua akan muncul.
    Kotak dialog Anova TAHAP 2
  14. Sesuaikan pengaturan berdasarkan metode penelitian Anda. Pada contoh ini, Uji lanjut yang digunakan adalah Uji Duncan.
  15. Untuk mengatur output tambahan dan nilai default untuk output berikutnya, tekan tombol "Opsi Lanjutan…"
  16. Berikut tampilan Kotak Dialog Opsi Lanjutan:
  17. Setelah selesai mengatur, tutup kotak dialog "Opsi Lanjutan"
  18. Selanjutnya pada Kotak Dialog Anova Tahap 2, klik tombol Selanjutnya.
  19. Pada Kotak Dialog Anova Tahap 3, Anda akan diminta untuk menentukan tabel rata-rata, ID untuk setiap Faktor, dan pembulatan nilai rata-rata. Detailnya dapat dilihat pada gambar berikut:
    Kotak dialog Anova TAHAP 3
  20. Sebagai langkah akhir, klik "OK"

Hasil Analisis

Informasi Analisis

Rancangan Percobaan

Analisis ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang diulang di beberapa lokasi. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menguji efek dari berbagai faktor yang berbeda—dalam hal ini, lokasi, kadar nitrogen, dan varietas padi—pada hasil gabah. Dalam analisis ini, terdapat tiga ulangan untuk setiap kondisi.

Faktor dalam Analisis

  • Ulangan: Ada tiga ulangan dalam eksperimen ini, yang memberikan informasi lebih banyak tentang variabilitas data.
  • Lokasi: Dengan tiga lokasi yang berbeda, eksperimen ini berusaha menggali informasi tentang bagaimana lokasi mempengaruhi hasil gabah. Hal ini penting karena beberapa lokasi mungkin memiliki kondisi tanah, iklim, atau faktor lain yang mempengaruhi hasil gabah.
  • Nitrogen (Main): Kadar nitrogen diuji pada enam taraf yang berbeda. Ini memberikan data mengenai pengaruh kadar nitrogen terhadap hasil gabah, yang bisa jadi krusial dalam menentukan kebijakan penggunaan pupuk.
  • Varietas (Sub): Dua varietas padi diuji untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan dalam hasil gabah antara varietas yang berbeda.

Uji Lanjut

Uji lanjut yang digunakan adalah Duncan, yang biasanya digunakan untuk menentukan perbedaan antar kelompok jika hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Pelanggaran Asumsi

Salah satu catatan penting adalah adanya pelanggaran asumsi dalam analisis ini. Pelanggaran asumsi ini perlu dijelaskan lebih lanjut, karena hal ini bisa mempengaruhi validitas kesimpulan yang ditarik dari analisis.

Kesimpulan Awal

Secara keseluruhan, rancangan eksperimen ini tampaknya dirancang dengan baik untuk mengetahui efek dari lokasi, kadar nitrogen, dan varietas padi terhadap hasil gabah. Namun, pelanggaran asumsi yang ada perlu ditangani dengan hati-hati untuk memastikan bahwa hasil analisis adalah representatif dan valid.

Pemeriksaan Asumsi Anova

Pendekatan Formal (Uji Statistik)

Uji Levene untuk Kehomogenan Ragam

Uji Levene dijalankan untuk memeriksa asumsi kehomogenan ragam. Dalam analisis ini, nilai F-hitung adalah 2.32 dengan nilai p sebesar 0.001, yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan adanya pelanggaran asumsi kehomogenan ragam. Jika asumsi ini dilanggar, ini dapat mempengaruhi validitas hasil analisis ragam (ANOVA), dan tindakan korektif mungkin perlu diambil, seperti menggunakan teknik analisis yang lebih robust terhadap pelanggaran asumsi ini.

Uji Kenormalan

Uji kenormalan dilakukan untuk memeriksa distribusi normalitas dari residu. Hampir semua uji (Shapiro-Wilk's, Anderson Darling, D'Agostino Pearson) menunjukkan nilai p kurang dari 0.05, menunjukkan adanya pelanggaran asumsi normalitas. Pelanggaran ini bisa mempengaruhi keakuratan dan keandalan dari hasil analisis ragam.

Ringkasan Pelanggaran Asumsi

  • Kehomogenan ragam: Asumsi dilanggar.
  • Normalitas: Asumsi dilanggar.

Implikasi dan Langkah Selanjutnya

Pelanggaran asumsi ini memerlukan tindakan korektif. Opsi yang mungkin termasuk transformasi data atau menggunakan metode statistik yang lebih robust terhadap pelanggaran asumsi, seperti ANOVA non-parametrik. Selain itu, hasil dari analisis ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati, dan keterbatasan ini perlu dinyatakan saat menyajikan hasil.

Secara keseluruhan, pelanggaran asumsi ini menunjukkan bahwa perlu ada kehati-hatian dalam menafsirkan hasil analisis ragam. Adalah penting untuk mempertimbangkan bagaimana pelanggaran asumsi ini dapat mempengaruhi kesimpulan yang diambil dari data.

Pendekatan Visual (Plot Grafik)

Interpretasi dan Pembahasan

  1. Normal P-Plot dari Data Residual
    • Grafik Normal P-Plot biasanya digunakan untuk memeriksa apakah data mengikuti distribusi normal. Jika titik-titik data mengikuti garis diagonal dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas dengan ketat, itu adalah indikasi kuat bahwa data mengikuti distribusi normal. Dari grafik yang disajikan, tampak bahwa ada beberapa deviasi dari garis diagonal, menunjukkan adanya pelanggaran asumsi normalitas. Ini sesuai dengan temuan dari uji kenormalan formal.
  2. Histogram Data Residual
    • Histogram juga digunakan untuk memeriksa normalitas data. Dari grafik yang diberikan, tampak bahwa data residual menunjukkan sedikit penyimpangan dari bentuk distribusi normal, yang mengkonfirmasi pelanggaran asumsi normalitas.
  3. Plot Residual vs. Predicted
    • Plot ini biasanya digunakan untuk memeriksa asumsi homoskedastisitas—yaitu, varians dari kesalahan adalah konstan di seluruh tingkat dari variabel prediktor. Jika titik-titik terdistribusi secara acak dan merata di sekitar garis horizontal nol, asumsi ini dianggap terpenuhi. Dari grafik yang disajikan, tampak ada beberapa pola dalam distribusi residual, menunjukkan potensi pelanggaran asumsi homoskedastisitas.
  4. Standard Deviation vs. Mean
    • Grafik ini digunakan untuk memeriksa kehomogenan ragam antara grup yang berbeda. Jika titik-titik terdistribusi secara merata, maka asumsi kehomogenan ragam dianggap terpenuhi. Dari grafik, tampak ada variasi dalam deviasi standar di antara grup yang berbeda, mengindikasikan pelanggaran asumsi kehomogenan ragam.

Kesimpulan

Secara grafis, temuan ini konsisten dengan uji formal dan menunjukkan pelanggaran terhadap asumsi normalitas dan homoskedastisitas. Ini menegaskan perlunya tindakan korektif dalam analisis, seperti transformasi data atau penggunaan metode analisis yang lebih robust terhadap pelanggaran asumsi.

Analisis Ragam

Analisis Ragam untuk Variabel Hasil Gabah

  1. Lokasi (L): Faktor lokasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil gabah (F-hitung = 2.905, nilai p = 0.131). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lokasi tidak mempengaruhi hasil gabah secara statistik signifikan dalam percobaan ini.
  2. Nitrogen (Main) (N): Faktor kadar nitrogen menunjukkan efek yang sangat signifikan (F-hitung = 66.218, nilai p < 0.001). Ini berarti bahwa kadar nitrogen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil gabah, dan perlu lebih lanjut diuji untuk mengetahui perbedaannya antar taraf.
  3. Varietas (Sub) (V): Faktor varietas juga menunjukkan efek yang sangat signifikan (F-hitung = 22.587, nilai p < 0.001). Ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan hasil gabah yang signifikan antara varietas yang berbeda.
  4. Interaksi L x N: Interaksi antara lokasi dan kadar nitrogen menunjukkan efek yang sangat signifikan (F-hitung = 4.498, nilai p < 0.001). Ini berarti efek kadar nitrogen terhadap hasil gabah bervariasi tergantung pada lokasi.
  5. Interaksi L x V: Interaksi antara lokasi dan varietas menunjukkan efek yang signifikan pada taraf 5% (F-hitung = 3.585, nilai p = 0.033). Ini berarti efek varietas terhadap hasil gabah bervariasi tergantung pada lokasi.
  6. Interaksi N x V dan L x N x V: Kedua interaksi ini tidak menunjukkan efek yang signifikan (nilai p > 0.05), menunjukkan bahwa interaksi antara kadar nitrogen dan varietas, serta interaksi tiga arah antara lokasi, kadar nitrogen, dan varietas, tidak mempengaruhi hasil gabah secara signifikan.
  7. Koefisien Keragaman (KK): KK(a) dan KK(b) masing-masing adalah 14.89% dan 11.00%, yang relatif rendah, menunjukkan bahwa data cukup konsisten.

Kesimpulan

  • Kadar nitrogen dan varietas padi memiliki efek yang signifikan terhadap hasil gabah.
  • Efek ini bervariasi tergantung pada lokasi, tetapi lokasi itu sendiri tidak menunjukkan efek yang signifikan.
  • Tidak ada interaksi signifikan antara kadar nitrogen dan varietas atau interaksi tiga arah antara lokasi, kadar nitrogen, dan varietas dalam mempengaruhi hasil gabah.

Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kadar nitrogen dan varietas padi dalam praktik budidaya untuk meningkatkan hasil gabah. Selain itu, meskipun lokasi tidak menunjukkan efek yang signifikan secara independen, ia mempengaruhi bagaimana kadar nitrogen dan varietas mempengaruhi hasil gabah.

Uji Lanjut

Pengaruh Mandiri Nitrogen dan Varietas

Pengaruh Mandiri Nitrogen (N)

  • Adanya perbedaan yang signifikan dalam hasil gabah di antara kadar nitrogen menunjukkan bahwa pemilihan kadar nitrogen yang tepat sangat penting dalam meningkatkan hasil gabah.
  • Hasil gabah cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kadar nitrogen, mencapai titik jenuh di sekitar N4, setelah itu peningkatan kadar nitrogen lebih lanjut tidak memberikan peningkatan hasil gabah yang signifikan.
  • Kadar nitrogen N4, N5, dan N6 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hasil gabah, menunjukkan bahwa di atas tingkat nitrogen tertentu (N4), peningkatan lebih lanjut tidak menghasilkan peningkatan hasil yang signifikan.

Secara keseluruhan, temuan ini menekankan pentingnya pemilihan kadar nitrogen yang tepat untuk optimasi hasil gabah, dan juga menunjukkan bahwa ada batas di mana peningkatan kadar nitrogen lebih lanjut tidak lagi menguntungkan.

Pengaruh Mandiri Varietas (V)

  • Ada perbedaan yang signifikan antara varietas V1 dan V2 dalam hal hasil gabah. Varietas V2 secara statistik menghasilkan hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan V1.
  • Ini menunjukkan bahwa selain mempertimbangkan faktor-faktor seperti kadar nitrogen, pemilihan varietas juga berperan penting dalam meningkatkan hasil gabah.
  • Dengan demikian, petani dan peneliti dapat mempertimbangkan baik kadar nitrogen maupun varietas padi saat merencanakan strategi untuk meningkatkan hasil gabah.

Secara keseluruhan, hasil ini menekankan pentingnya memilih varietas yang tepat untuk optimasi hasil gabah, dan ini harus menjadi salah satu pertimbangan penting dalam praktek budidaya padi.

Pengaruh Interaksi Lokasi dan Nitrogen

Format Pertama:

Interpretasi Pengaruh Interaksi Lokasi x Nitrogen

  • Adanya perbedaan yang signifikan dalam hasil gabah di antara kombinasi Lokasi x Nitrogen menunjukkan bahwa pengaruh nitrogen terhadap hasil gabah bervariasi tergantung pada lokasi. Ini berarti bahwa strategi pengelolaan nitrogen yang efektif di satu lokasi mungkin tidak sama efektifnya di lokasi lain.
  • Misalnya, pada Lokasi 1 (L1), kadar nitrogen N4 menghasilkan hasil gabah tertinggi (7,385.17 ton/ha), sementara pada Lokasi 2 (L2), kadar nitrogen N5 memberikan hasil tertinggi (7,218.83 ton/ha). Di Lokasi 3 (L3), hasil gabah relatif lebih rendah dibandingkan dengan dua lokasi lainnya untuk hampir semua kadar nitrogen.
  • Penting untuk menyoroti bahwa pada beberapa kasus, seperti L1_N6 dan L1_N5 atau L2_N4 dan L2_N6, hasil gabah tidak berbeda nyata meskipun kadar nitrogen berbeda. Ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar nitrogen lebih lanjut tidak selalu mengarah pada peningkatan hasil gabah yang signifikan, tergantung pada lokasi.

Secara keseluruhan, temuan ini menegaskan pentingnya mempertimbangkan interaksi antara lokasi dan kadar nitrogen saat merencanakan strategi untuk meningkatkan hasil gabah. Ini juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana faktor-faktor ini saling berinteraksi di berbagai kondisi geografis dan iklimatik.

Format kedua: Pengaruh Sederhana

Pengaruh Sederhana Interaksi Lokasi x Nitrogen

  • Dalam Lokasi yang Sama (Huruf Kapital):
    • Pada Lokasi 1 (L1), kadar nitrogen N4, N5, dan N6 tidak berbeda nyata satu sama lain tetapi berbeda dari N1, N2, dan N3. Ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar nitrogen di atas N3 meningkatkan hasil gabah tetapi tidak signifikan setelah N4.
    • Fenomena serupa juga terlihat pada Lokasi 2 (L2).
  • Pada Kadar Nitrogen yang Sama (Huruf Kecil):
    • Untuk setiap kadar nitrogen, terdapat beberapa perbedaan antar lokasi. Misalnya, pada kadar nitrogen N1, Lokasi 3 (L3) menghasilkan hasil gabah yang lebih tinggi daripada Lokasi 1 (L1) dan tidak berbeda nyata dengan Lokasi 2 (L2).
  • Perbandingkan dengan Tabel Format Pertama:
    • Analisis ini memberikan informasi yang lebih mendetail tentang bagaimana interaksi antara lokasi dan kadar nitrogen mempengaruhi hasil gabah. Ini memungkinkan kita untuk memahami lebih lanjut tentang bagaimana efek nitrogen bervariasi antar lokasi, dan sejauh mana efek ini berbeda pada tingkat kadar nitrogen yang berbeda.

Secara keseluruhan, hasil ini memperkuat temuan dari analisis interaksi sebelumnya dan menambahkan nuansa lebih lanjut. Ini menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan saat merencanakan strategi untuk meningkatkan hasil gabah, termasuk lokasi spesifik dan kadar nitrogen yang akan digunakan. Dengan demikian, pendekatan yang lebih terukur dan disesuaikan perlu diambil untuk memaksimalkan hasil gabah.

Pengaruh Sederhana Interaksi Lokasi x Varietas

Kesimpulan

  • Dalam Lokasi yang Sama (Huruf Kapital): Di Lokasi 1 (L1) dan Lokasi 3 (L3), varietas V2 menghasilkan hasil gabah yang lebih tinggi daripada V1 dan perbedaannya signifikan. Sementara itu, di Lokasi 2 (L2), hasil gabah dari varietas V1 dan V2 tidak berbeda nyata.
  • Pada Varietas yang Sama (Huruf Kecil): Untuk varietas V1, hasil gabah paling tinggi ditemukan di Lokasi 2 (L2) dan paling rendah di Lokasi 3 (L3). Untuk varietas V2, hasil gabah paling tinggi ditemukan di Lokasi 1 (L1) dan tidak berbeda nyata di lokasi lain.
  • Kompleksitas Interaksi: Hasil ini menunjukkan bahwa efek varietas pada hasil gabah tidak konsisten di seluruh lokasi. Ini menegaskan bahwa selain varietas, faktor lokasi juga mempengaruhi hasil gabah, dan kedua faktor ini berinteraksi dalam cara yang kompleks.

Secara keseluruhan, temuan ini menekankan pentingnya mempertimbangkan lokasi spesifik saat memilih varietas untuk budidaya. Selain itu, ini juga menunjukkan bahwa efek positif dari memilih varietas yang unggul dapat berbeda tergantung pada kondisi lokasi. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan hasil gabah, pemilihan varietas harus disesuaikan dengan kondisi lokasi budidaya.

Tabel-tabel lainnya dan tabel tiga arah antara Lokasi x Nitrogen x Varietas tidak ditampilkan pada pembahasan ini.

Box-Cox dan Analisis Residual

Transformasi Box-Cox

Untuk menangani pelanggaran asumsi normalitas dan homoskedastisitas, dilakukan transformasi Box-Cox dengan λ=2, yang dalam kasus ini adalah transformasi kuadrat (Y2). Transformasi ini biasanya efektif dalam menstabilkan varians dan membuat data lebih mendekati distribusi normal.

Nilai Residual dan Pemeriksaan Data Pencilan

  1. Predicted: Ini adalah nilai hasil gabah yang diprediksi oleh model.
  2. Residual: Ini adalah perbedaan antara nilai observasi aktual dan nilai yang diprediksi oleh model.
  3. Leverage: Mengukur sejauh mana observasi individual mempengaruhi estimasi model.
  4. Studentized Residual: Ini adalah residual yang telah dinormalisasi; nilai absolut lebih dari 2 biasanya menunjukkan outlier.
  5. Studentized Deleted Residual: Sama seperti Studentized Residual, tetapi dihitung dengan menghapus observasi tersebut dari model.
  6. Cooks Distance: Mengukur sejauh mana observasi individual mempengaruhi seluruh model.
  7. DFITS: Sebuah metrik lain untuk mengukur pengaruh observasi.
  8. Diagnostic: Kolom ini menunjukkan apakah observasi adalah outlier atau tidak.
  9. Box Cox Data: Ini adalah data yang telah ditransformasi menggunakan metode Box-Cox.

Dari tabel tersebut, ada beberapa observasi yang dicatat sebagai "Outlier" berdasarkan nilai Studentized Residual dan Studentized Deleted Residual yang tinggi, serta jarak Cook yang signifikan. Observasi ini memiliki potensi untuk mempengaruhi model dan mungkin perlu ditangani dengan hati-hati.

Implikasi dan Langkah Selanjutnya

  • Transformasi Box-Cox telah dilakukan, tetapi perlu diuji lagi apakah transformasi ini berhasil dalam memenuhi asumsi model.
  • Adanya outlier mengindikasikan bahwa model mungkin perlu dikoreksi atau bahwa observasi tersebut perlu ditinjau lebih lanjut untuk menentukan apakah mereka memang harus dianggap sebagai pencilan atau mewakili variabilitas alami dalam data.

Secara keseluruhan, analisis ini menunjukkan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk mengatasi pelanggaran asumsi, tetapi lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan, khususnya dalam menangani outlier dan memvalidasi keefektifan transformasi Box-Cox.